PRASETIYA MULYA PUBLISHING

Risalah dari Diskusi Publik: Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023

November 9, 2023 @ 12:30 - 15:30Free
Loading Events
  • This event has passed.
Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023

Agar selamat dari gegap gempita masa kampanye pemilu, agar tak jadi korban penjenamaan kontestan pemilu, dan agar demokrasi dapat kita, para rakyat, maksimalkan manfaatnya lewat pesta pemilu, berikut kami bagi berbagai catatan menarik dari para narasumber Diskusi Publik: Bahasa dan Kampanye Pemilu pada 9 November 2023 lalu.

 

Dr. Seno Gumira Ajidarma S.Sn., M.Hum.

Seno Gumira Ajidarma Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Kuasa, dalam pendekatan cultural studies atau kajian budaya, tidak pernah perorangan. Kuasa sebenarnya adalah sekaligus berarti relasi kuasa. Jadi, kuasa adalah hubungan-hubungan itu—finansial, militer, agama, pendidikan, tradisi, media, dan lain-lain.

 

Seno Gumira Ajidarma Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Bersikap kritis = mengenali daya-daya yang membuat kuasa itu hadir. Kita tahu bahwa apa pun yang ada di dunia ini tidak ada dengan sendirinya, semua itu diadakan dengan sirkulasi kuasa tadi.

 

Seno Gumira Ajidarma Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Kita selalu merasa ada suatu kuasa wacana yang ingin mendahulukan kepentingan. Sebenarnya, itu tidak selalu salah, kepentingannya bisa saja bagus. Yang penting kita mengenalnya, mengetahuinya karena dia menggunakan semua faktor yang disebut tipu daya, strategi, siasat, pendekatan, supaya orang itu hanya bisa bilang setuju, cocok, senang.

Pembahasan terkait kuasa, wacana, dan bahasa oleh Dr. Seno Gumira Ajidarma dapat Anda saksikan selengkapnya di sini.

 

Prof. Agus W. Soehadi, Ph.D.

Agus W. Soehadi Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Ketika bicara branding, biasanya atas dasar fungsi yang sifatnya rasional, tetapi ke depan, makin banyak yang sifatnya emosional ketika melihat relasi antara produk dan konsumennya. Ketika kita bicara sisi emosional, maka tidak bisa diperdebatkan—karena saya suka. Kalau sisi rasional kita bisa lihat—apakah kualitasnya baik, apakah layanannya cepat, dan lain sebagainya.

 

Agus W. Soehadi Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Bagaimana meningkatkan relasi antara produk dengan konsumennya, antara pemimpin dengan yang dipimpin, antara calon politisi dengan para voters-nya? Nah, salah satunya dengan pendekatan aura karismatik.

 

Agus W. Soehadi Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Kita bicara pemimpin—aura karismatik seperti apa yang dipilihnya atau akan ditonjolkan oleh calon pemimpin? Berikutnya, kita lihat pemilihnya, pemilih terbesar suka aura yang seperti apa? Berikutnya kita lihat rekam jejak pemimpinnya, apakah sesuai dengan aura yang ia pilih dan ingin ditonjolkan. Yang menjadi masalah adalah ketika aura yang dipilih berbeda dengan karakternya sehingga orang tidak percaya.

Paparan hasil riset dan materi Prof. Agus W. Soehadi selengkapnya dapat Anda saksikan di sini.

 

Prof. Dr. Zeffry Alkatiri, S.S., M.Hum.

Zeffry Alkatiri Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Setiap hari, di sini (handphone kita), terjadi perebutan ruang narasi, untuk merebut hati kita, kerangka berpikir kita, emosi kita,

 

Zeffry Alkatiri Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Apakah kita harus mengikuti mereka? Untuk itu, kita harus punya daya kritis untuk menangkal perebutan ruang narasi itu sendiri.

 

Zeffry Alkatiri Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Artinya, dia (akademisi) harus memperhatikan fenomena-isu yang berkembang. Ia harus melihat sisi lain secara objektif, begitu banyak perebutan ruang dan harus ada edukasi, di mana posisi yang kemudian harus memihak dan tidak memihak.

Paparan Prof. Zeffry Alkatiri juga dapat Anda saksikan selengkapnya di sini.

 

Dr. Iwan Gunawan S.Sn., M.Si.

Iwan Gunawan Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Salah satu strategi untuk memenangkan perhatian dan pemahaman dengan cepat adalah dengan bahasa atau pendekatan asosiatif dan menggunakan analogi pada hal-hal yang sudah lebih populer dipahami masyarakat, mitos, narasi fiksi, dan lain sebagainya.

 

Iwan Gunawan Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Sosok presiden “didesain” sesuai dengan imaji yang dikonstruksi untuk kebutuhan kampanye, termasuk fashion, gestur, cara bicara, dan lain-lain.

 

Iwan Gunawan Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing
Poinnya adalah, kita perlu juga memperhatikan bagaimana respons masyarakat terhadap kontestan ini. Jadi, tim kampanye capres juga harus memperhatikan apa yang terjadi di masyarakat dan bagaimana mereka mengekspresikan—entah itu senang, kritik—melalui karya-karya visual di media dan media sosial. Ya, (respons) masyarakat gak bisa dikendaliin, tapi bagaimana meng-counter paling tidak.

Pembahasan materi Dr. Iwan Gunawan dapat Anda simak selengkapnya di sini.

 

Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023
Moderator dan Narasumber dalam Sesi Tanya Jawab Diskusi Publik-Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 (ki-ka: Debra H. Yatim, Seno Gumira Ajidarma, Agus W. Soehadi, Zeffry Alkatiri, dan Iwan Gunawan)

Sesi Tanya-Jawab

Agus W. Soehadi menjawab pertanyaan seputar penjenamaan dalam kampanye pemilu
Kata dan bahasa dapat digunakan untuk framing bahwa, “saya ini sesuai dengan apa yang Anda inginkan” dan dilakukan secara konsisten sehingga makin lama, relasi antara pemimpin dan pemilihnya makin kuat. Jadi, bahasa dan gambar menjadi kritikal.

 

Zeffry Alkatiri menjawab pertanyaan tanggung jawab akademisi dalam kampanye pemilu
Tanggung jawab akademisi dalam bentuk penyebaran isu bahwa apa yang dikatakan (oleh mereka yang berkepentingan politik) harus diungkapkan. Seperti acara ini adalah bentuk tanggung jawab akademisi, “ini lho, kita melakukan suatu edukasi, ada metode, cara, pola—apakah itu disebut framing, strategi yang bisa dilakukan oleh orang yang berkepentingan.” Nah kita lihat siapa yang berkepentingan itu dan kemudian produknya apa? Apakah kemudian produknya memberi pesan yang baik atau buruk untuk perjalanan bangsa ini ke depan.

 

Iwan Gunawan menjawab pertanyaan seputar bahasa visual dalam kampanye pemilu
Gestur menjadi salah satu yang menentukan branding, bagian dari branding adalah sosok kontestan itu sendiri—fashion-nya, dia pakai peci, pakai baju putih—lalu bagaimana gestur-gestur tangan itu membuat asosiasi pada sesuatu yang sangat dianggap tinggi, tidak punya cacat—sesuatu yang menjadi idola banyak orang. “Jadi, saya itu seperti mereka.” Di dalam proses kampanye, (visual) maka akan ada struktur pembuatan desain, bahkan urut-urutan bagaimana visual itu ditampilkan, kapan dan di mana, itu menjadi bagian dari bahasa itu sendiri. Di samping, bagaimana menampilkan gambar supaya muncul imaji-imaji brand positif dari ‘produk’ itu. Jadi, kita melihatnya sebagai sebuah marketing product, strategi untuk menyampaikan sosok orang.

 

Seno Gumira Ajidarma menjawab pertanyaan seperti apa kampanye yang baik dalam pemilu
Kampanye yang baik, menurut saya, yang mampu membuat orang mendapatkan pertimbangan. Dia bisa mempertimbangkan apa yang membuat dia memilih calon ini. Sayangnya, tidak pernah ada. Kampanye yang ada selalu menghina kecerdasan pemilih. Seolah-olah dengan kalimat seperti itu, orang percaya saja. Perhatikan, bahwa rata-rata kampanye itu menjual orangnya—yang merakyatlah, yang elitelah, yang jagoan, orangnya semua. Jadi, (kampanye yang baik) yang mampu memberi pertimbangan dan terbuka. “Saya begini, terserah pilih apa gak.” Dia percaya diri akan dipilih atau kalau gak dipilih, “Ya gak apa-apa, program saya begini, saya gak akan kasih yang lain.” Nah, saya kira lebih enak begitu, kan? Lebih sehat, kan?

Anda dapat menyaksikan seluruh sesi Diskusi Publik di sini

 

Para peserta Diskusi Publik--Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 Prasetiya Mulya Publishing

 

Simpul paparan yang jelas perlu diambil dari hasil Diskusi Publik: Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023 adalah bahwa kita perlu bersikap kritis dalam menanggapi semua fenomena yang muncul selama masa kampanye. Tidak ada jaminan bahwa orang pintar dan ‘bergelar’ sekalipun akan aman dari ‘siasat, strategi, pendekatan, tipu daya’ yang diluncurkan para kontestan demi memenangi pemilu. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan memaknai ‘bahasa’ yang digunakan–apakah itu bahasa visual, penjenamaan, propaganda, ataupun framing–agar kita tidak serta-merta ‘setuju, cocok, senang’ dengan apa yang kontestan ‘jual.’

Seperti apa yang diutarakan oleh Seno Gumira Ajidarma, selaku narasumber, “Hasil pemilu nanti itu akan menunjukkan profil, bukan orangnya (calonnya), (melainkan) pemilihnya. Macam apa pemilih-pemilih ini, sehingga itu yang menang.” Kita tentu tidak ingin menunjukkan bahwa, ternyata, rakyat bangsa ini adalah yang senang-senang saja dikibuli karena tidak mau repot-repot bersikap kritis, bukan?

 

Sampai jumpa dalam Diskusi Publik lainnya!

 

 

 

Tim Pelaksana Diskusi Publik--Bahasa dan Kampanye Pemilu 2023

Organizer

Universitas Prasetiya Mulya

Venue

Universitas Prasetiya Mulya, Kampus Cilandak, Jakarta Selatan