Kolaborasi Lintas Disiplin untuk Penguatan Riset dan PkM 2026

Universitas Prasetiya Mulya > Penelitian > Kolaborasi Lintas Disiplin untuk Penguatan Riset dan PkM 2026

Kegiatan Research and Community Service Matchmaking – Persiapan Hibah Penelitian dan PKM DPPM 2026 yang diselenggarakan LPPM pada 26 November 2025 menghadirkan ruang dialog yang mempertemukan para dosen lintas sekolah untuk merumuskan arah riset dan program pengabdian masyarakat menjelang penyusunan proposal hibah DPP 2026. Bertempat di Ruang 3003 Gedung CSL, Kampus BSD, kegiatan ini berlangsung melalui sesi pemaparan singkat dan diskusi terbuka yang memungkinkan para narasumber berbagi pengalaman, wawasan metodologis, serta peluang kolaborasi yang dapat segera ditindaklanjuti. Kegiatan ini menghadirkan Ibu Dhientia Andani, Ph.D.dari prodi Desain Produk STEM sebagai moderator. Dan Dr. Teguh Endaryono selaku Direktur Direktorat Riset, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat hadir menyampaikan Kata Sambutan.

Dalam sesi pertama, Dr. Ambara Purusottama dari prodi Manajemen Sekolah Bisnis dan Ekonomi (SBE) menekankan bahwa penolakan hibah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DitJen DIKTI) bukanlah kegagalan suatu gagasan penelitian. Beliau mencontohkan salah satu proposalnya yang pada awalnya ditolak, namun kemudian berkembang menjadi artikel ilmiah yang diterima oleh jurnal Scopus Q1. Pengalaman tersebut menunjukkan bahwa penilaian reviewer dapat sangat beragam, dan sering kali peneliti masih perlu memahami preferensi atau pendekatan yang digunakan penilai. Pak Ambara juga menegaskan bahwa kolaborasi merupakan elemen penting dalam penelitian. Sebagian besar proyek riset yang ia jalankan dilakukan bersama tim, yang memperkaya sudut pandangnya dan memperkuat ketajaman analisis. Salah satu proposalnya yang diterima hibah Direktorat Penelitian dan Pengadian kepada Masyarakat (DPPM)2025 pada akhir 2025, misalnya, merupakan hasil kerja sama dengan tim Universitas Pakuan. Meskipun dikenal sebagai pakar blockchain, ia terus memperluas fokus riset dengan mengeksplorasi isu-isu baru seperti community-based tourism dan dinamika sosial komunitas.

Tantangan metodologis turut menjadi bagian penting dalam pemaparannya. Pak Ambara menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif yang sering ia gunakan memerlukan waktu lebih panjang, namun memberikan keluasan analisis yang tidak dapat dicapai dengan metode lain. Pengalamannya bekerja bersama komunitas Daur Baur di Bogor, sebuat komunitas yang mendampingi praktik bisnis berkelanjutan seperti Kopi Nako, membuka peluang baru bagi penerapan blockchain dalam konteks sosial, termasuk potensi pengelolaan social fund seperti wakaf. Ia menekankan bahwa meskipun kolaborasi adalah fondasi riset, menemukan partner riset yang benar-benar seimbang tidak selalu mudah. Ia juga menyoroti pentingnya menjaga jarak analitis dalam riset kualitatif agar peneliti tidak larut dalam struktur sosial yang diteliti dan tetap mampu menangkap kompleksitas secara objektif.

Sesi berikutnya dibawakan oleh Ibu Aussielia Amzulian, S.H., LL.M., dari Sekolah Hukum dan Studi Internasional (SHSI) yang menyoroti isu aktual dalam ranah Intellectual Property Rights (IPR), khususnya terkait hak cipta di era kecerdasan buatan. Ia mengangkat pertanyaan fundamental mengenai kepemilikan karya yang dihasilkan oleh AI, terutama ketika kontribusi mesin lebih besar daripada kontribusi manusia. Permasalahan muncul ketika harus menentukan siapa yang secara sah dapat dianggap sebagai pencipta: apakah AI sebagai mesin, pengembang algoritma, atau pengguna yang memberikan prompt? Menurutnya, ketiga opsi tersebut memiliki keterbatasan. AI tidak dapat menjadi subjek hukum; pencipta algoritma tidak selalu memproduksi karya yang diwujudkan mesin; sementara pengguna tidak menciptakan ekspresi kreatif yang sepenuhnya orisinal. Filosofi dasar hak cipta yang menempatkan “pencipta” sebagai pemilik ekspresi kreatif menjadi sulit diterapkan dalam konteks AI. Hingga kini, karya yang sepenuhnya dihasilkan mesin berada dalam wilayah abu-abu hukum, dan isu ini menjadi penting untuk diperhatikan oleh dosen serta peneliti agar penggunaan AI tetap etis dan selaras dengan standar akademik.

Materi ketiga disampaikan oleh Ibu Anastasia A. Noviyanti, M.Sc. dari prodi Desain Produk Sekolah STEM (Science, Technology, Enggineering, dan Mathematics), yang memaparkan prinsip-prinsip penyusunan PKM berbasis kebutuhan mitra. Ia menguraikan perbedaan mendasar antara pengabdian masyarakat dan pemberdayaan masyarakat, serta menjelaskan struktur proposal PKM DIKTI 2025 sebagai referensi bagi penyusunan program 2026. Dalam paparannya, Bu Novi, begitu beliau biasa disapa, menyampaikan sejumlah kebutuhan mitra yang berpotensi dikembangkan menjadi program PKM, seperti pengembangan kawasan ekonomi kreatif di 12 desa di Kabupaten Tangerang, pemberdayaan penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Depok, serta keberlanjutan kolaborasi dengan Rumah Kreatif Anak Istimewa, termasuk rencana pendirian kafe inklusif sebagai ruang pemberdayaan. Ia menegaskan bahwa keberhasilan PKM sangat bergantung pada ketepatan analisis situasi mitra, kesesuaian kompetensi tim dosen, bukti komunikasi lapangan, serta desain program yang memberikan dampak jangka panjang.

Diskusi terbuka setelah seluruh pemaparan memperlihatkan bahwa para peserta mulai mengidentifikasi peluang sinergi lintas bidang yang dapat dikembangkan bersama untuk pengajuan hibah DPPM 2026. Ide-ide mengenai bagaimana menghubungkan kebutuhan mitra dengan keahlian dosen dari berbagai sekolah, memperkuat basis data awal, dan memadukan fokus riset dengan program pemberdayaan masyarakat muncul sebagai bagian dari proses perumusan program yang lebih strategis. Pertemuan ini menjadi forum awal untuk meninjau kemungkinan integrasi antarproyek, baik di ranah penelitian maupun pengabdian, sehingga setiap tim memiliki fondasi yang lebih kuat saat menyusun proposal.

Kegiatan Research and Community Service Matchmaking – Persiapan Hibah Penelitian dan PKM DPP 2026 ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas disiplin dalam merancang riset dan program pengabdian masyarakat yang relevan dan berdampak. Melalui dialog terbuka dan pertukaran gagasan, para dosen dapat memadukan kompetensi, kebutuhan mitra, serta peluang pendanaan ke dalam fondasi proposal yang lebih matang dan strategis. LPPM berkomitmen untuk terus menyediakan ruang yang memperkuat sinergi, memperluas jaringan, dan mendorong lahirnya karya penelitian serta program pemberdayaan yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas.