Transformasi Digital: Dari Efisiensi Energi hingga Rekonstruksi 3D Candi Prambanan

Universitas Prasetiya Mulya > Penelitian > Transformasi Digital: Dari Efisiensi Energi hingga Rekonstruksi 3D Candi Prambanan

 Pada Rabu, 1 Oktober 2025, Direktorat Riset, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPPM) Universitas Prasetiya Mulya kembali menyelenggarakan Research Talk dengan tema Digital Technology Transformation. Kegiatan yang berlangsung secara daring pukul 14.00 hingga 15.25 WIB ini dipandu oleh Ibu Retno Yuliati, M.S.Ak. dari Program Studi Akuntansi -SBE, dan menghadirkan dua dosen sebagai narasumber, yaitu Bapak Syafrudi, M.Eng., dari Program Studi Rekayasa Perangkat Lunak, serta Ibu Helena Widiarti, M.Sc., dari Program Studi Rekayasa Sistem Komputer, keduanya dari STEM.

 Dalam sesi pertama, Pak Rudi, begitu beliau biasa disapa, membagikan risetnya tentang inovasi di bidang energi berkelanjutan melalui pendekatan Energy Informatics. Ia menjelaskan bagaimana Internet of Things (IoT), Big Data, dan Machine Learning dapat digunakan untuk memantau sekaligus mengoptimalkan penggunaan energi rumah tangga. Salah satu proyek yang ditampilkan adalah sistem Non-Intrusive Load Monitoring (NILM) berbasis IoT, yang mampu mengidentifikasi konsumsi listrik peralatan rumah tangga secara real-time dengan akurasi mencapai 88,48 persen. Selain itu, ia juga memaparkan riset tentang sistem pemantauan kelembaban untuk meningkatkan efisiensi mesin pengering pangan.

Paparan ini menarik perhatian peserta, salah satunya menanyakan perihal istilah sampling rate yang disebutkan dalam presentasi. Pak Rudi meluruskan bahwa sampling yang ia maksud bukanlah pada sinyal listrik yang memang harus mengikuti aturan Nyquist, melainkan pengambilan data parameter Listrik seperti tegangan, arus, dan daya setiap dua detik sekali, sebelum dikirim ke broker MQTT. Pada diskusi terlihat bagaimana penelitian teknis dapat memantik percakapan yang detail dan mendalam. Syafrudi juga menekankan pentingnya langkah strategis agar hasil riset dapat ditransformasikan menjadi aset melalui perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), sehingga inovasi tidak hanya bermanfaat tetapi juga memiliki nilai perlindungan hukum.

Sesi berikutnya menghadirkan Ibu Helena Widiarti yang membahas pemanfaatan crowdsourcing dalam rekonstruksi digital tiga dimensi objek berskala besar. Ia mencontohkan penerapan teknologi ini dalam pelestarian warisan budaya, dengan studi kasus pada Candi Siwa di Prambanan. Menggunakan perangkat lunak COLMAP dan metode Neural Radiance Fields (NeRF), beliau membandingkan hasil rekonstruksi dari foto yang diambil tim peneliti dengan foto yang dikumpulkan dari publik. Meski jumlah foto publik lebih banyak, kualitas model 3D justru kurang baik karena keterbatasan sudut pengambilan gambar. Hal ini, menurutnya, menunjukkan perlunya panduan sederhana agar kontribusi masyarakat dalam proyek crowdsourcing dapat benar-benar efektif.

Diskusi semakin menarik ketika peserta menanyakan potensi penerapan metode ini di bidang medis serta isu privasi data yang mungkin muncul saat melibatkan publik dalam pengumpulan gambar. Bu Helena menekankan pentingnya anonimisasi data agar aspek keamanan tetap terjaga, sekaligus membuka peluang bagi pemanfaatan teknologi ini di berbagai sektor.

Diskusi dalam Research Talk Digital Technology Transformation memperlihatkan bahwa riset tidak berhenti di ruang laboratorium, tetapi hadir untuk menjawab kebutuhan nyata. Dari penghematan energi hingga pelestarian budaya, inovasi digital menjadi jembatan menuju transformasi yang berkelanjutan.”